Penggabungan citra/image fusion
merupakan salah satu teknik pemrosesan citra digital yang banyak mendapat
perhatian dalam dunia penginderaan jauh. Ini dikarenakan image fusion dapat
mengakomodasi kebutuhan citra resolusi tinggi tanpa harus mengusahakan sistem
pencitraan dengan resolving power yang tinggi, sehingga dapat menghemat
banyak waktu dan biaya. Terlebih kebanyakan sensor-sensor pada satelit
sumberdaya alam modern (Landsat 7 ETM+, IKONOS, QUICKBIRD, IRS series, SPOT
1-5, ALOS AVNIR-2/PRISM, Orbview dll) sekarang ini dapat beroperasi pada mode
multispectral dan pankromatik secara simultan, sehingga citra dari kedua mode
dapat difusikan untuk memperoleh citra sintesis yang mengintegrasikan kelebihan
spectral citra multispectral dan kelebihan spasial citra pankromatik. Secara
sederhana image fusion dapat didefinisikan sebagai upaya penggabungan dua atau
lebih citra yang berbeda dari segi resolusi (terutama spasial, spectral,
temporal) ataupun dari segi sistem (optic, SAR) untuk menghasilkan citra baru
yang mengintegrasikan kelebihan-kelebihan dari citra asal. Salah satu bagian
dari image fusion adalah pan-sharpening atau penajaman citra multispectral
dengan menggunakan detil spasial dari citra pankromatik.
Instrumen HRG pada satelit SPOT-5
(sebagaimana instrument pada satelit sumberdayaalam modern yang lain) mampu
merekam permukaan bumi pada mode multispectral dengan resolusi spasial 10 meter
dan mode pankromatik dengan resolusi spasial 2,5 meter. Salah satu kelemahan
dari citra multispectral SPOT (sebagaimana ASTER) adalah tidak dapat memberikan
komposit warna alami/natural color composite sebagaimana komposit 321 pada
Landsat TM/ETM, IKONOS, Quickbird, dan ALOS AVNIR-2. Hal ini dikarenakan
instrument HRG tidak merekam pada spectrum biru (0,4-0,5 nm). Dengan memanfaatkan
citra pankromatik yang direkam pada spectrum hijau-merah (0,5-0,7 nm) dan
transformasi HSV/IHS (Hue Saturation Value/Intensity Hue saturation), komposit
warna alami citra multispectral SPOT5 dan sekaligus resolusi spasialnya
dipertajam (dari 10 ke 2,5 meter) dapat diperoleh, sebagaimana nampak pada
gambar
Adapun prosedur yang saya lakukan
untuk memperoleh citra turunan dapat dilihat pada diagram alir di bawah.
Keseluruhan tahapan pemrosesan citra menggunakan software ITTVIS ENVI 4.3 yang
sudah mendukung format standar SPOT5 (DIMAP format).
Adapun dapat diperolehnya efek warna
alami pada citra turunan dapat dijelaskan sebagai berikut. Komposit warna yang
dipilih sebelum transformasi adalah komposit 432/SWIR-NIR-Red. Karakteristik
spectral obyek pada komposit 432 adalah vegetasi berwarna hijau cerah
tersaturasi sebagai akibat pantulan yang tinggi pada saluran 3, tanah kering
berwana coklat cerah sebagai akibat pantulan yang tinggi pada saluran 3 dan 4,
obyek air dan tanah lembab berwarna biru gelap sebagai akibat pantulan yang
rendah pada saluran 3 dan 4. Ketika transformasi dilakukan, komponen RGB
kemudian dipecah menjadi komponen HIS (gambar 3). Citra pankromatik kemudian
dinjeksikan sebagai pengganti komponen intensitas, yang dilanjutkan dengan
transformasi balik ke bidang RGB untuk memperoleh citra output. Injeksi saluran
pankromatik ini yang menyebabkan munculnya efek warna alami pada citra turunan.
Penyebabnya adalah perbedaan karakteristik spectral antara komponen intensitas
pada komposit 432 dan citra pankromatik. Komponen intensitas pada komposit 432
mempunyai karakteristik spectral berupa nilai kecerahan yang tinggi pada obyek
vegetasi dan tanah kering (pengaruh saluran 3 dan 4) namun sebaliknya pada
citra pankromatik sebagai akibat kepekaan spectral yang hanya sampai saluran
merah (Gambar 4). Untuk obyek air dan tanah lembab, nilai kecerahannya rendah
pada komponen intensitas komposit 432 (serapan yang tinggi pada saluran 3 dan
4), namun relative tinggi pada citra pankromatik (akibat pantulan yang cukup
tinggi pada spectrum hijau). Akibatnya,ketika penggantian komponen dilakukan,
warna vegetasi di normalisasi sebagai akibat penurunan nilai intensitas
menghasilkan warna hijau daun (sebagaimana mata kita mengenali warna daun).
Sedangkan warna air di normalisasi mendekati warna air alami sebagai akibat
naiknya nilai intensitas.
0 komentar:
Posting Komentar